Di Indonesia, yang sempat saya rasakan ketika saya masih ada di Jakarta, di tahun 1984 kebetulan saya kuliah di di jurusan Komputer, pada saat itu teknik digital umumnya digunakan untuk display seven segment atau display monitor analog, dan saat itu komputer yang ada hanya terbatas merek tertentu saja (umumnya dari Amerika) misalkan Apple, Texas Instrument, Commodore, IBM, Sord, dan pada awal tahun 1990 sudah cukup populer dengan istilah IBM Compatible. Saya bahkan masih menyimpan kaset yang digunakan untuk menyimpan data-data komputer digital (bentuknya ya samasaja dengan kaset pada umumnya misalnya C-60, tapi jika di setel di player tape maka kita akanmendengarkan bunyi beep-beep saja, seperti bunyi kaset yang diputer terbalik atau terkadang seperti bunyi morse.
Di media Advertising pun saat itu di dominasi oleh Apple Computer. yang sebelumnya hanya terbatas pada setting dan typing. Sedang pengolahan Image nya masih menggunakan Fotografi manual.
Bicara tentang Digital, maka tak akan lepas dari komputer.(digital) walau sebelumnya dikenal juga dengan komputer analog, digital dan Hybird.
Di awal tahun 2007, di Indonesia hampir seluruh toko kaset melakukan digitalisasi, hal serupa juga dialami oleh layanan media visual (fotografi), hampir serentak seluruh layanan foto (Image) berubah menjadi digital.
Sekarang ini sangat susah untuk bertahan dengan konsep Analog.
Konsep dan teknik perekaman dan media rekam dari analog ke digital untuk pengolahan Audio dan Visual akan sangat memudahkan untuk melakukan recording dan editing.
Untuk pengolahan visual (seperti fotografi) hal ini akan sangat menguntungkan. Coba bayangkan, jika kita menyimpan 1 roll film negatif / klise untuk jangka waktu lama ? maka akan mengalami perubahan warna dan kimiawi, bahkan aroma / bau asam sangat menyengat. Oleh sebab itu, hampir setiap karyawan di bagian Darkroom (foto /klise /opaque) hampir pasti diberikan supplemen berupa minum susu dan kacang hijau setiap hari, karena untuk memperkuat stamina tubuh dan mengurangi dampak kimiawi bagi kesehatan.
Hampir semua Layanan Pengolahan Image (foto) selalu mencantumkan cetak Foto Digital, hanya beberapa saja yang masih mau melakukan cuci cetak film.
Tapi jika kita bicara tentang Digitalisasi Audio musik ? wah, jadi serba salah dech. Bayangkan saja, waktu itu group band The MO pernah membuat lagu berjudul ADSR (Automatic Digital Sound Processing) padahal waktu itu di negara barat masih berkisar awal tahun 1980. Dengan segala kelebihan den kekurangan teknik digitalisasi music / audio.
Beberapa Undang undang tentang Hak Cipta lagu dan musik, mungkin menjadi agak repot dengan munculnya format audio / music MP3. / MP4 dan lainnya.
Bahkan akhirnya beberapa album kompilasi membolehkan penjualan resmi beberapa produk CD / MP3, walau hanya beberapa lagu saja. (secara full MP3 bisa memuat sampai 150 lagu atau bahkan lebih dalam satu keping cd)., dan repotnya tiap lagu gampang di download dan di copy, dengan kualitas teknik yang hampir mirip dengan kualitas aslinya dan copy annya.
Dan repotnya, hampir seluruh lagu di Indonesia ini awalnya dibuat dengan teknik perekaman secara Analog. dan tentu saja perekamannya lewat media kaset. Padahal saat ini media kaset di Indonesia nyaris hampir lenyap dari peredaran bumi nusantara.
Mencari lagu dengan format cd/vcd di toko kaset / cd/ vcd kita masih bisa dapatkan dengan harga hemat (Rp.10.000,- sampai Rp.15.000,-) tapi ini hanya untuk Album atau lagu tertentu saja, dan umumnya adalah rekaman rekaman baru.
Padahal untuk harga cd album musik atau lagu umumnya berharga Rp. 30.000 sampai Rp. 50.000,- untuk cd impor satu kepingnya terkadang diatas Rp.100.000,- bahkan Rp. 250.000,-
Di negara kita yang umumnya karyawan dengan penghasilan / gaji pas pasan, tentu sangat berat untuk pengeluaran sebesar itu untuk belanja musik. Akhirnya banyak yang mengambil jalan pintas dengan membeli vcd/dvd bajakan, atau download MP3 nya aja di Internet.
Masalahnya sih bukan karena Analog atau Digital Nya ? tapi karena tidak ada lagi / di produksi nya sejumlah karya cipta lagu tertentu dan musik yang akhirnya tidak di release lagi. Atau jika ada album kompilasi New Release, pastilah si penyanyi nya / Vocaslist nya kualitas suaranya secara alamiah pasti udah nggak seperti dulu lagi (sudah berubah dibanding dua puluh tahun yang lalu),
Ada juga yang memaksakan menyanyi lagi setelah puluhan tahun demi supaya bisa terekam di CD / secara Digital, ada juga album yang merekam musisi aslinya seperti yang ada di kaset, tapi yang model begini ternyata tidak begitu banyak. Kalau pun ada, hanya terbatas musisi papan atas di negara kita yang tentu saja pangsa pasarnya masih cukup banyak, misalnya : Koes Plus, D loyd, Panbers, The Mercys dan lainnya.
Tapi bagi penggemar TRIO BIMBO ?
Bagaimana cara kita bisa dapatkan koleksi album aslinya secara digital sesuai dengan album aslinya (kaset) di tahun 70 an ?Nah kalo udah begini, lantas kita bisa apa ???
Akhirnya saya ucapkan selamat berburu kaset dan lagu lama kita, dan kurang lebihnya saya mohon maaf jika ada kekeliruan atau kesalahan. Artikel ini bisa saya sesuaikan / saya hapus jika kelak ada yang berkeberatan, terhadap artikel ini, walau tujuan saya adalah untuk kebaikan semuanya. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar